Perbandingan Keputusan Tata Laksana Farmakologi dan Rujukan Pasien Epilepsi Baru dengan Pasien yang Pernah Didiagnosis Sebelumnya pada Layanan Telemedik di Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.56951/qvn39698Kata Kunci:
epilepsi, tata laksana farmakologi, rujukanAbstrak
Pendahuluan: Epilepsi adalah suatu keadaan atau penyakit otak yang yang ditandai dengan kecenderungan terjadinya kejang berulang. Layanan telemedik adalah layanan yang menggunakan fasilitas komunikasi elektronik yang bertujuan untuk memberikan dukungan atau pelayanan medis dari jarak yang terpisah. Pada layanan ini, banyak faktor yang memengaruhi dokter dalam membuat keputusan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan keputusan tata laksana farmakologi dan rujukan pasien epilepsi baru dengan pasien yang pernah didiagnosis sebelumnya oleh dokter pada layanan telemedik di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang retrospektif dengan sumber data sekunder yang dilakukan di salah satu layanan telemedik di Indonesia. Terdapat 100 subjek yang terpilih pada layanan telemedik. Pemberian keputusan tata laksana farmakologi dan rujukan dapat dilihat dari riwayat chat.
Hasil: Dari 100 subjek, hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbandingan yang bermakna antara pasien baru versus pasien yang pernah didiagnosis sebelumnya dengan pemberian tata laksana farmakologi (p=0,298). Namun terdapat perbandingan yang bermakna antara pasien baru versus pasien yang pernah didiagnosis sebelumnya dengan keputusan rujukan (p=0,025). Selain itu, pasien baru terlihat memiliki persentase rujukan lebih tinggi (18,87%) dibandingkan dengan pasien yang pernah terdiagnosis (4,26%).
Diskusi: Tidak terdapat perbandingan yang bermakna antara pasien baru dengan yang pernah terdiagnosis sebelumnya dengan pemberian tata laksana farmakologi namun terdapat perbandingan yang bermakna dengan keputusan rujukan. Sehingga, diperlukannya jumlah subjek yang lebih besar dan dilakukannya studi lebih lanjut.
Unduhan
Referensi
1. Beghi E. The epidemiology of epilepsy. Neuroepidemiology. 2020;54(2):185-91. doi:10.1159/000503831./.
2. World Health Organization. Epilepsy [Internet]. 2019 [cited 21 Nov 2021]. Available from: https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/EB146/B146_12-en.pdf.
3. Prawiroharjo P, Pratama P, Librianty N. Layanan telemedis di Indonesia: Keniscayaan, risiko, dan batasan etika. JEKI. 2019;3(1):1–9. doi: 10.26880/jeki.v3i1.27.
4. Prawiroharjo P, Sundoro J, Hartanto J, Hatta GF, Sulaiman A. Tinjauan etik layanan konsultasi daring dan kunjungan rumah berbasis aplikasi. JEKI. 2019;3(2):37–44. doi: 10.26880/jeki.v3i2.33.
5. Khairin K, Zeffira L, Malik R. Karakteristik penderita epilepsi di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018. Health and Medical Journal. 2020;2(2):16-26. doi:10.33854/heme.v2i2.453.
6. Irawati I. Analisis pola penggunaan obat antiepilepsi di instalasi rawat inap RSJD Dr. Arif zainuddin Surakarta tahun 2015. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta [Internet]. 2016 [cited 2021 Nov]. Available from: http://repository.setiabudi.ac.id/702/2/SKRIPSI.pdf.
7. GBD 2016 Epilepsy Collaborators. Global, regional, and national burden of epilepsy, 1990–2016: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. Lancet Neurol. 2019;18(4):357–75. doi:10.1016/S1474-4422(18)30455-6. Erratum in: Lancet Neurol. 2019;18(6):e5. doi:10.1016/S1474-4422(19)30120-6.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana epilepsi pada anak. 2017. [cited 2021 Sep 28]. Available from: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES 3672017_ttg_Pedoman_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_ Epilepsi_Anak_.pdf.
9. Pinzon R, Paramitha D, Wijaya VO. Acceleration of telemedicine use for chronic neurological disease patients during COVID-19 pandemic in Yogyakarta, Indonesia: a case series study. Kesmas: National Public Health Journal. 2020;15(5):28-31. doi: 10.21109/kesmas.v15i2.3929.
10. Hatcher-Martin JM, Adams JL, Anderson ER, Bove R, Burrus TM, Chehrenama M, et al. Telemedicine in neurology: telemedicine work group of the American Academy of Neurology update. Neurology. 2020;94(1):30-8. doi:10.1212/WNL.0000000000008708.
11. Wechsler LR, Tsao JW, Levine SR, Swain-Eng RJ, Adams RJ, Demaerschalk BM, et al. Teleneurology applications: report of the telemedicine work group of the American Academy of Neurology. Neurology.
2013;80(7):670-6. doi:10.1212/WNL.0b013e3182823361.
12. Dorsey ER, Glidden AM, Holloway MR, Birbeck GL, Schwamm LH. Teleneurology and mobile technologies: the future of neurological care. Nat Rev Neurol. 2018;14(5):285-297. doi:10.1038/nrneurol.2018.31.
13. Astra life, lovelive daily [Internet]. Sharin TR. 6 Keuntungan layanan telemedicine yang bisa kamu peroleh; 2020 [update 2020; cited 2021 Sep 28]. Available from: https://ilovelife.co.id/blog/6-keuntungan-layanantelemedicine-yang-bisa-kamuperoleh.html.
14. Mayo Clinic [Internet]. Mayo Clinic Staff. Balance problems: symptoms and causes; 2020 [update 2020; cited 2021 Sep 29]. Available from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ balance-problems/symptomscauses.html.
15. Amin M, Juniati D. Klasifikasi kelompok umur manusia berdasarkan analisis dimensi fraktal box counting dari citra wajah dengan deteksi tepi canny. Jurnal Ilmiah Matematika [Internet]. 2017 [cited 2021 Nov 18];2(6):34. Available from: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathunesa/article/view/19398.
Unduhan
Terbitan
Bagian
Diterbitkan
Unduhan
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Pukovisa Prawiroharjo, Yulia Puspita Dewi

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.