Karakteristik Pasien dan Tata Laksana Infeksi Malaria di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Denpasar Tahun 2019-2023

Penulis

  • I Dewa Gede Agung Suta Ariwangsa Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/RSUP Prof. dr. I G.N.G. Ngoerah, Denpasar, Bali, Indonesia
  • Harris Hardian Departemen/KSM Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/RSUP Prof. dr. I. G. N. G. Ngoerah , Denpasar, Bali, Indonesia
  • I Made Susila Utama Departemen/KSM Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/RSUP Prof. dr. I. G. N. G. Ngoerah , Denpasar, Bali, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.56951/1xmve570

Kata Kunci:

Malaria, plasmodium, dihydroartemisinin-piperaquine

Abstrak

Pendahuluan: Infeksi malaria merupakan masalah bagi penduduk yang tinggal di daerah endemik serta orang-orang yang bepergian ke daerah endemik. Perburukan gejala malaria merupakan salah satu komplikasi dari penyakit ini yang
memiliki luaran buruk bila mengalami keterlambatan diagnosis. Penggunaan derivat artemisinin atau artemisinin-based
combination therapy (ACT) dilaporkan memperbaiki luaran dan sintasan pasien malaria. Metode: Studi ini menggunakan metode studi deskriptif. Data diambil melalui data sekunder dari rekam medis pasien di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar selama tahun 2019 sampai 2023. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik pasien, etiologi infeksi, derajat infeksi malaria, serta luaran pengobatan pada pasien. Hasil: Terdapat 37 kasus malaria yang mendapatkan perawatan di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar tahun 2019 hingga 2023. Rerata usia pasien yaitu 29,85 tahun, dengan mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki (78,37%). Infeksi yang terjadi paling banyak disebabkan oleh Plasmodium vivax yaitu 19 kasus (51,35%), diikuti Plasmodium falciparum 17 kasus
(45,94%), dan Plasmodium malariae 1 kasus (2,7%). Sebanyak 9 kasus (24,32%) merupakan malaria derajat berat dengan kejadian terbanyak adalah malaria falciparum sebanyak 7 kasus (94,5%). Jaundice dan gangguan fungsi ginjal merupakan temuan klinis yang paling sering terjadi pada pasien malaria berat, masing-masing 7 kasus (77,77%) dan 4 kasus (44,44%). Regimen pengobatan yang digunakan, yaitu: dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) selama 3 hari dan primaquine selama 14 hari pada 10 pasien (48,64%), kemudian DHP selama 3 hari dan primaquine selama 1 hari sebanyak 10 pasien (27,02%). Pemberian artesunate intravena diikuti DHP selama 3 hari dan primaquine selama 3 hari sebanyak 7 pasien (18,91%), artesunate intravena diikuti DHP selama 3 hari dan primaquine selama 1 hari sebanyak 1 pasien (2,7%), dan artesunate intravena diikuti DHP selama 3 hari sebanyak 1 pasien (2,7%). Selama pengobatan tidak ditemukan
adanya kasus meninggal. Diskusi: Malaria berat dilaporkan sebanyak 9 dari 37 kasus (24,3%) dengan Plasmodium vivax ditemukan sebagai penyebab malaria paling sering. Kejadian malaria sebelumnya dilaporkan pada malaria falciparum
dan vivax. Namun penelitian ini melaporkan 1 kasus malaria malariae yang memenuhi kriteria malaria berat. Jaundice merupakan presentasi klinis yang paling sering ditemukan bersama dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien kemudian mendapat terapi kombinasi artemisinin. Seluruh pasien memenuhi kriteria resolusi infeksi malaria pada akhir pengobatan dan pulang dengan kondisi sembuh. Kesimpulan: Malaria berat dilaporkan pada seperempat kasus kejadian malaria dengan malaria Falciparum sebagai penyebab paling sering. Jaundice dan gangguan fungsi ginjal merupakan manifestasi klinis paling sering. Semua pasien pulang dalam kondisi sembuh setelah perawatan.

Referensi

1. Harijanto PN. Malaria. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014:595-613.

2. World Health Organization. WHO Guidelines for Malaria, 3 June 2022. Geneva: World Health Organization; 2022. (WHO/UCN/GMP/2022.01 Rev.2). License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Tata Laksana Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Tata Laksana Kasus Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

5. Fairhurst RM, Wellems TE. Malaria (Plasmodium species). In: Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ, eds. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2014:3070-90.

6. Situasi Malaria per Kabupaten Kota. Satu Data Indonesia Provinsi Bali. 6 September 2022. [cited 2023 July 1]. Available from: https://balisatudata.baliprov.go.id/laporan/situasi-malaria-per-kabupaten-kota?year=2021.

Diterbitkan

01-12-2025

Unduhan

Data unduhan tidak tersedia.

Cara Mengutip

[1]
Karakteristik Pasien dan Tata Laksana Infeksi Malaria di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Denpasar Tahun 2019-2023. MEDICINUS 2025;38:21-7. https://doi.org/10.56951/1xmve570.