Laporan Kasus Kusta Pausibasiler Tipe Tuberkuloid dengan Lesi Wajah Menyerupai Facial Palsy Unilateral
DOI:
https://doi.org/10.56951/m7a02537Kata Kunci:
anti-PGL-1, facial palsy, kusta, Mycobacterium leprae, pausibasilerAbstrak
Latar belakang: Kusta merupakan penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi. Lebih dari 80% total kasus kusta di dunia terjadi di Indonesia. Kusta dapat menyebabkan disabilitas fisik yang memengaruhi kehidupan sosial serta pekerjaan penderitanya, terlebih dengan masih tingginya stigma terhadap penyakit ini. Diagnosis kusta didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan kulit dan saraf, pemeriksaan slit skin smear, serta pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan serologis saat ini sering digunakan apabila hasil pemeriksaan slit skin smear negatif dan pemeriksaan histopatologi mengalami keterbatasan.
Kasus: Seorang laki-laki usia 19 tahun dengan keluhan utama bercak kemerahan di pipi kanan sejak 4 bulan yang lalu. Bercak dirasa tidak gatal, tidak nyeri, dan terasa agak kebas. Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh tidak dapat memejamkan mata kanannya dengan sempurna. Dari hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan tampak plak eritem soliter berukuran 7,5 x 7,5 x 0,1 cm, berbatas tegas, bagian tepi meninggi, dan bagian tengah mengalami atrofi disertai skuama tipis di atasnya. Pemeriksaan inspeksi tampak kesan wajah kanan dan kiri asimetris. Pemeriksaan BTA negatif dan hasil biopsi mendukung diagnosis kusta tipe tuberkuloid. Pemeriksaan serologi menunjukkan hasil ELISA anti-PGL-1 IgM 903 µ/ml dan IgG 240 µ/ml.
Diskusi: Adanya temuan klinis berupa lesi tunggal yang terasa kebas di pipi kanan serta lagoftalmus merupakan tanda kardinal pada kusta. Hasil pemeriksaan slit skin smear negatif serta gambaran histopatologi mendukung diagnosis kusta pausibasiler (PB) tipe tuberkuloid (TT). Diagnosis kusta diperkuat dengan hasil seropositif IgM anti-PGL-1 pada pemeriksaan serologis.
Unduhan
Referensi
Bhat RM, Prakash C. Leprosy: An overview of pathophysiology. Interdiscip Perspect Infect Dis. 2012;20(2):1-6.
Richardus JH, Ignotti E, Smith WCS. Epidemiology of leprosy. Dalam: International Textbook of Leprosy Chapter 1.1. David MS, Gillis TP, penyunting. Greenville: American Leprosy Missions; 2017:1-28.
Eichelmann K, Gonzalez SEG, Alanis JCS, Candiani JO. Leprosy. An update: Definition, pathogenesis, classification, diagnosis, and treatment. Actas Dermosifiliogr. 2013;104(7):554-63.
Lastoria JC. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects – Part 1. An Bras Dermatol. 2014;89(2):205-18.
World Health Organization. Global leprosy update, 2018: Moving towards a leprosy free world. WER. 2019;94:389-412.
Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes Indonesia. 2018;
McDougall AC, Yuasa Y. Leprosy. Dalam: A new atlas of leprosy (revised and updated). Sasakawa Y, penyunting. Tokyo: Sasakawa Memorial Health Foundation. 2019:1-82.
Arif T, Dorjay K, Adil M, Sami M. Classification of leprosy from past to present. J Pak Assoc Dermatol. 2018;28(1):95-9.
North Metropolitan Health Service. Guidelines for the diagnosis, management and prevention of leprosy. Nedlands: Government of Western Australia North Metropolitan Health Sevice; 2019:1-156
Kumar V. Emerging concept on peripheral nerve damage in leprosy. IJRMHS. 2017;2(17):8-18.
Aaro TLS, Sousa JR, Falcao ASC, Falcao LFM, Quaresma JAS. Nerve growth factor and pathogenesis of leprosy: Review and update. Front Immunol. 2018;9(939):1-8.
Lubbers WJ, Schipper A, Hogeweg M, Soldenhoff R. Paralysis of facial muscles in leprosy patients with lagophthalmos. Int J Lepr. 1994;62(2):220-4.
Reichart PA, Srisuwan S, Metah D. Lesions of the facial and trigeminal nerve in leprosy: An evaluation of 43 cases. Int J Oral Surg. 1982;11(1):14-20.
Naveed T, Shaikh ZI, Anwar MI. Diagnostic accuracy of slit skin smears in leprosy. Pak Armed Forces Med J. 2015;65(5):649-52.
World Health Organization. Treatment for leprosy. Dalam: Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of leprosy. Gillini L, Cooreman E, penyunting. Geneva: WHO; 2018:1-87.
Salgado CG, Brito AC, Salgado UI, Spencer JS. Leprosy. Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology. Edisi ke-9 Volume 1. Kang S, AmagaiM, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ et al. New York: McGrawHill Education; 2019:2892-924.
Lastoria JC, Abreu MAMM. Leprosy: A review of laboratory and therapeutic aspects – part 2. An Bras Dermatol. 2014;89(3):389-403.
Singh A, Weng X, Nath I. Skin biopsy in leprosy. Dalam: Skin Biopsy Perspectives Chapter 5. Khopkar U, penyunting. Rijeka: In Tech; 2011 74-86.
Fabri ACOC, Carvalho APM, Araujo S, Goulart LR, Mattos AMM, Teixeira HC, Goulart IMB et al. Antigen specific assessment of the immunological status of various groups in a leprosy endemic region. BMC Infect Dis. 2015;15(218):1-9.
Penna MLF, Penna GO, Iglesias PC, Natal S, Rodrigues LC. Anti PGL 1 positivity as a risk marker for the development of leprosy among contacts of leprosy cases: Systematic review and meta analysis. PLoS Negl Trop D. 2016;10(5):1-11.
Cho SN, Celona RV, Villahermosa LG, Fajardo TT, Balagon MVF, Abalos RM et al. Detection of phenolic glycolipid I of mycobacterium leprae in sera from leprosy patients before and after start of multidrug therapy. Clin Diagn Lab Immunol. 2001;8(1):138-42.
Siskawati Y, Agustin T, Zubeir F. Kusta subklinis: beberapa pemeriksaan serologis dan kemoprofilaksis. MDVI. 2014;41(2):79-84.
Adharia, Arifin EM, Kadir D, Vitayani S. Disosiasi kadar anti PGL-1 dengan indeks bakteri pada kusta borderline lesi tunggal. MDVI. 2013;40(1):13-5.
Listiawan M, Savitri D, Susari N, Prakoeswa C, Agusni I, Izumi S. Hubungan indeks bakteri dengan kadar antibodi spesifik pada penderita kusta tipe multibasiler. BIKKK. 2005;17(3):218-21.
Tchernev G. Cutaneous sarcoidosis: The great imitator. Am J Clin Dermatol. 2006;7(6):375-82.
Suparna B, Shivani J. Cutaneous sarcoidosis: A rare case report. Int J Med Res Helath Sci. 2014;3(3):779-81.
Fischer M. Leprosy- an overview of clinical features, diagnosis and treatment. J Dtsch Dermatol Ges. 2017;5(8):801-27.
Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana pasien kusta. Dalam: Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012:67-138.
Unduhan
Terbitan
Bagian
Diterbitkan
Unduhan
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Annisa Fildza Hashfi
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.