Laporan Kasus: Dapsone Hypersensitivity Syndrome
DOI:
https://doi.org/10.56951/aked7b89Kata Kunci:
dapsone, dapsone hypersensitivity syndrome, DHS, DRESSAbstrak
Dapsone adalah suatu antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan antiinflamasi yang digunakan secara luas untuk menangani kasus infeksi. Dapsone paling sering digunakandalam terapi penyakit Morbus Hansen, namun dilaporkan memiliki potensi efek samping serius yang dikenal dengan dapsone hypersensitivity syndrome (DHS), Kerusakan kulit berupa erosi dengan pustula, plak, dan papula eritematosa, Stevens-Johnson syndrome (SJS), serta toxic epidermal necrolysis (TEN) dapat menjadi manifestasi dari DHS. Selain itu, komplikasi serius akibat kerusakan organ yang berpotensi mengancam jiwa juga dapat terjadi. Tulisan ini melaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia 12 tahun dengan keluhan luka-luka pada sekujur tubuh terutama wajah, disertai rasa gatal dan panas, setelah mengonsumsi 6 tablet dapsone. Lesi kulit berupa erosi
multipel dan ekskoriasi disertai krusta dan skuama. Lesi dilaporkan berangsur membaik dengan pemberian corticosteroid dan antihistamin oral, ditambah dengan antibiotik dan corticosteroid topikal selama 2 minggu.
Unduhan
Referensi
Varghese AP, Deepthi RV, Shenoy V, Pavaman S. Dapsone hypersensitivity syndrome – A case report. Nitte University Journal of Health Science. NUJHS 2014;3(3):124-6.
Kesari HV, Gawali UP, Agharia MAM. Dapsone hypersensitivity syndrome: A potentially fatal conditioncase report. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2017;11(12):1-3.
Prusscik R, Shear NH. Dapsone hypersensitivity syndrome. Journal of American Academy of Dermatology 1996;35(2):345-58.
Palimbong F, Mellyanawati, Kandou RT. Sindrom hipersensitivitas dapsone pada pasien Morbus Hansen multi-basiler: Laporan kasus. Jurnal Biomedik (JBM) 2019;11(3):150-5.
Vinod KV, Arun K. Dutta TK. Dapsone hypersensitivity syndrome: a rare life threatening complication of dapsone therapy. Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics 2013;14(2):158-60.
Pearson, DR. Margolis, DJ. Cellulitis and erysipelas. In: Wolff, K. Godsmith, LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffel, DJ, editors. Fitzpatrick dermatology in general medicine. Volume 2. 9th Edition. New York: McGraw-Hill Professional; 2019. pp.3423-9.
Kurniawan RE, Raveinal R. Drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) pada tuberkulosis payudara dalam pengobatan. Journal FK Andalas. 2019; 8(4):305-10.
Maimunah S, Gaya ML. Sindrom drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) akibat antibiotik: Laporan kasus. Medical Journal of Lampung 2020;9(4):616-20.
Sener O, Doganci L, Safali M, Besirbellioglu B, Bulucu F, Pahsaet A. Severe dapsone hypersensitivity syndrome. J Investig Allergol Clin Immunol. 2016;16(4):268-70.
Wolverton SE, Wilkin JK. Systemic drugs for skin diseases. Saunders Company. Philadelphia 1991:247-59.
Sinaga M. Laporan Kasus: Dermatitis eksfoliativa generalisata. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik. 2013:1-11.
Adiguna MS. Presentasi kasus: Toxic epidermal necrolysis yang diduga disebabkan oleh kotrimoksazol, zidovudin, efavirenz, dan lamifudin pada pasien dengan infeksi human immunodeficiency virus stadium IV. Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Dermatologi dan Venerologi Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2018;1-21.
Firiana A, Endaryanto A, Hidayati AN. Gambaran klinis Stevens-Johnson syndrome dan toxic epidermal necrolysis pada pasien anak. Journal Periodical of Dermatology and Venerology 2018;30(2):102-10.
Habif Thomas. Clinical Dermatology: A color guide to diagnosis and therapy. Ed.6. Elsevier. 2016.
Jeevangi SR, Saba A. A case report of life threatening dapsone hypersensitivity syndrome. International Journal of Basic and Clinical Pharmacology. 2017;6(2):471-4.
Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016.
Unduhan
Terbitan
Bagian
Diterbitkan
Unduhan
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Ayu Amalia, Hanny Tanasal
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.