Terapi Oral dan Tetes Mata Topikal pada Green Nail Syndrome

Penulis

  • Putti Fatiharani Dewi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
  • Ambar Aliwardani Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
  • Nugrohoaji Dharmawan Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.56951/medicinus.v34i3.81

Kata Kunci:

green nail syndrome, kromonikia, pseudomonas aeruginosa

Abstrak

Latar belakang: Green nail syndrome merupakan salah satu kejadian kromonikia yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan ditandai dengan onikolisis serta diskolorisasi berwarna hijau kehitaman. Belum terdapat laporan mengenai insiden green nail syndrome di Indonesia. Faktor predisposisi terjadinya green nail syndrome antara lain onikomikosis, aktivitas tinggi pada kondisi yang lembap, diabetes melitus, dan kondisi imunosupresi. Kasus: Seorang laki-laki berusia 51 tahun datang dengan keluhan utama bercak hitam kehijauan di area kuku jari tangan. Pemeriksaan dermatologi pada regio unguium digiti 1,3 dextra et unguium digiti 1 sinistra tampak patch hiperpigmentasi multipel disertai onikodistrofi. Pada pemeriksaan dermoskopi terlihat pigmentasi berwarna hijau kehitaman pada distolateral kuku. Dari biakan kultur bakteri dengan media agar MacConkey didapatkan koloni pigmen berwarna coklat kehijauan. Pasien diobati dengan ciprofloxacin 500 mg/hari serta pengobatan topikal dengan tetes mata polymyxin B 2 kali sehari selama 3 minggu dan menunjukkan perbaikan lesi. Diskusi: Diagnosis green nail syndrome dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta kultur bakteri yang menunjukkan gambaran khas. Faktor predisposisi pada kasus ini adalah kebiasaan pasien dalam mencuci tangan hingga lebih dari sepuluh kali sehari. Terapi menggunakan tetes mata topikal membantu penyerapan bahan aktif ke dalam kuku.

Referensi

Bae SH, Lee MY, Lee J. Distinct pattern and aetiology of chromonychia. Acta Derm Venereol. 2018;98(1):108-13. DOI: https://doi.org/10.2340/00015555-2798

Falkinham JO, Hilborn ED, Arduino MJ, Pruden A, Edwards MA. Epidemiology and ecology of opportunistic premise plumbing pathogens: Legionella pneumophila, Mycobacterium avium, and Pseudomonas aeruginosa. Environ Health Persp. 2015;123(8):749-58. DOI: https://doi.org/10.1289/ehp.1408692

Muller S, Ebnother M, Itin P. Green nail syndrome (Pseudomonas aeruginosa nail infection): two cases successfully treated with topical nadifloxacin, an acne medication. Case Rep Dermatol. 2014;6(2):180-4. DOI: https://doi.org/10.1159/000365863

Streeter K, Katouli M. Pseudomonas aeruginosa: A review of their pathogenesis and prevalence in clinical settings and the environment. Infect Epidemiol Med. 2016;2(1):25-32. DOI: https://doi.org/10.18869/modares.iem.2.1.25

Chiriac A, Brzezinski P, Foia L, Marincu I. Chloronychia: green nail syndrome caused by Pseudomonas aeruginosa in elderly patients. Clin Interv in Aging 2015; 10:265-7. DOI: https://doi.org/10.2147/CIA.S75525

Tatu AL, Voicu C, Clatici VG. Therapeutic management of a green nail syndrome-Pseudomonas aeruginosa and Trichophyton tonsurans coinfection detected by mass spectrometry. Romanian J of Clin and Exp Dermatol. 2016; 3(4): 167-9.

Romaszkiewicz A, Stawinska M, Sobjanek M, Nowicki RJ. Nail dermoscopy (onychoscopy) is useful in diagnosis and treatment follow-up of the nail mixed infection caused by Pseudomonas aeruginosa and Candida albicans. Adv Dermatol Allergol. 2018;35(3):327-9. DOI: https://doi.org/10.5114/ada.2018.76232

Khulaifi MA. Pseudomonas aeruginosa characteristics. Available from: fac.ksu.edu.sa/sites/default/files/pseudomonas_aeruginosa_practical_7/pdf

Wolina U, Nenoff P, Haroske G, Haenssle HA. The diagnosis and treatment of nail disorders. Deutsch Arztebl Int. 2016;113(29-30):509-18. DOI: https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0509

Wu M. Li X. Klebsiella pneuminiae and Pseudomonas aeruginosa. In: Tang YW, Liu D, Schwartzman J, Sussman M, Poxton I, editor. Molecular Medical Biology, 2nd edition. USA: Elseviere; 2015:pp.1556-9.

Piraccini BM, Dika E, Fanti PA. Tips for diagnosis and treatment of nail pigmentation with practical algorithm. Dermatol Clin. 2015;33(2):185-95. DOI: https://doi.org/10.1016/j.det.2014.12.002

Alessandrini A, Starace M, Piraccini M. Dermoscopy in the evaluation of nail disorders. Skin Appendage Disord. 2017;3:70-82. DOI: https://doi.org/10.1159/000458728

Bae Y, Lee GM, Sim JH, Lee S, Lee SY, Park YL. Green nail syndrome treated with the application of tobramycin eye drop. Ann Dermatol. 2014;26(4):514-6. DOI: https://doi.org/10.5021/ad.2014.26.4.514

Zavascki AP, Goldani LZ, Li J, Nation RL. Polymyxin B for the treatment of multidrug-resistant pathogens: a critical review. J Antimicrobial Chem. 2007;60(6):1206-15. DOI: https://doi.org/10.1093/jac/dkm357

Diterbitkan

01-12-2021

Unduhan

Data unduhan tidak tersedia.

Cara Mengutip

[1]
Terapi Oral dan Tetes Mata Topikal pada Green Nail Syndrome. MEDICINUS 2021;34:44-8. https://doi.org/10.56951/medicinus.v34i3.81.